Selasa, 05 Juni 2012

Setumpuk Kisah Bodoh

       Pertama aku ingin menceritakan sekumpulan kisah bodoh diriku. Aku adalah anak yang bisa dibilang tidak pintar dan juga tidak bodoh. Aku sendiri gak ngerti apa sebenarnya tujuan hidupku. Hendra, biasa teman-teman memanggilku, namun keluargaku memanggilku Enda. Aku tidak terlalu suka nongkrong dengan teman-teman di sekolah, aku lebih suka sendiri. Makanya aku jadi pendiam dan sangat pemalu. Orang Betawi bilang, saking malunya nih, sampai muncul kejadian-kejadian yang sangat bodoh menurutku.
Dari SD aku gak tau apa sebenarnya cita-citaku. Gak punya mimpi, ikutin aja alur hidup. Dulu dalam prinsipku cuma satu, yang penting bisa makan enak, masa bodo dengan perkataan orang lain. Makanya aku gak ada keinginan untuk belajar.
Pernah suatu hari ada kejadian yang sangat menghebohkan dikelasku. Apa itu? Ya aku buang air besar dicelana ketika pelajaran IPS, saat itu aku kelas 2 SD. Sangat memalukan memang tapi sekarang menjadi lucu kalau teringat masa-masa itu. Saat itu perutku mules banget, aku duduk di deretan paling depan di sebelah kiri. Aku bingung harus bagaimana, di satu sisi perutku semakin tidak bisa diajak kompromi, aku sangat takut saat itu untuk minta izin ke toilet, ya akhirnya aku diam saja. Wajahku semakin pucat dan keringat telah membanjiri disekujur tubuhku sampai akhirnya terdengar suara “tttuuuuuuuuuutttt” yang keluar dari pantatku diikuti cairan yang aku baru sadar sekarang itu adalah..maaf “kotoran isi perutku”.
Pernah juga waktu kelas 3 SD aku bermain dengan sepupu dan tetanggaku. Kami bingung mau ngapain, akhirnya kami putuskan untuk bermain ke sekolah TK yang da di daerah rumahku di Kukusan Depok. Saat itu hari minggu, sekolah TK itu dikunci. Kami yakin tidak ada penjaganya, akhirnya kami masuk ke TK itu dengan memanjat pagar sekolah. Oh iya kami semua tidak ada yang sekolah TK, tapi langsung SD, makanya kami ingin merasakan main mainan yang ada di TK. Di tengah kesibukan kami bermain, tiba-tiba keluarlah penjaga sekolah dari dalam sekolah dengan memakai sarung yang dikalungkan di pundaknya, langsung bapak itu teriak mengomeli kami. Kami kabur dengan cepat, hanya aku yang sangat tegang. Karena keteganganku itu aku tidak bisa ikut kabur dan memanjat pagar dengan cepat. Aku gemetaran karena penjaga sekolah itu sudah mengambil tongkat kayunya. Untungnya aku lebih cepat seper sekian detik dan berhasil melarikan diri.
Saking bodohnya aku pernah naik ke atas pagar sekolah sambil menonton cewek-cewek main voli dengan celana pendek dan baju ketat, tanpa aku sadari aku terpeleset dan ketekku tertusuk pagar sekolah sampai tembus. Padahal aku sudah kelas 4 SD. Dengan wajah polosku, eh polos apa bodoh yah..hehe, aku liatin dulu tanganku ini dan berkata “yah ketusuk” cuma itu kata-kata yang keluar dari mulutku. Aku tarik tanganku dan lari ke kelas tanpa aku sadar darah sudah mengalir di tanganku. Aku baru sadar daging di ketekku keluar yang seakan siap untuk di panggang setelah temanku bilang bajuku penuh darah, akupun baru merasakan rasa sakit tapi tidak menagis dan berteriak kesakitan. Hasilnya 24 jahitan di ketek kananku.
Ada lagi nih kebiasaan yang menurutku sangat bodoh, yaitu aku suka sekali menggigit kuku di jari tanganku, terutama kalau aku lagi tegang saat disuruh guru maju ke depan kelas.
Sampai suatu saat aku pernah diremehkan oleh guruku, sebenarnya sih sudah biasa aku dihina sebagai anak bodoh, tapi kali ini sudah kelewatan penghinaannya menurutku. Waktu itu mata pelajaran akidah aqhlak, sebut saja dengan inisial Bu Minah, eh bukan inisial yah.. Ia sangat galak, sebenarnya spele masalahnya, hanya waktu itu aku tidak membawa fotocopy buku yang dia suruh. Aku dipanggil ke depan, disuruh membawa bangku dan diletakkan di depan meja Bu Minah. Aku disuruh duduk di bangku sekolah yang terbuat dari kayu, dan apa yang terjadi, bagai gorila yang mengamuk karena pantatnya ditusuk dengan besi panas atau banteng yang melihat orang hanya memakai celana dalam berwarna merah. Bisa dibayangkan betapa tegangnya aku saat itu.
Bu Minah mulai memaki aku, yang saat itu aku kelas 5 SD. “Monyet, anjing kau..dasar bodddooohhhh….” Semua bahasa keluarganya di Ragunan sana di bawa ke dalam kelas akidah aqhlak. Seharusnya di dalam kelas ini dibentuk manusia yang bermoral dan beraqidah dengan seorang guru yang menjadi contoh dan panutan yang baik. Tetapi yang aku alami sebaliknya. Aku dikatai monyet, otak kosong, anjing, bodoh, dan lain-lain bentuk caciannya. Kalau bodoh si aku terima karena aku bangga dengan kebodohanku tapi aku tidak terima kalau aku dikatai otak kosong, otakku berisi tapi sedikit. Dan yang paling aku tidak terima bahwa ibuku juga di bawa-bawa, banyak kata yang keluar dari bibir Bu Minah. Saat itu bulan puasa. Satu minggu setelah kejadian itu aku tidak mau masuk sekolah dan selalu murung di kamar.
Tepat satu minggu di sore hari, ketika mau berbuka puasa di rumah dengan keluarga, aku di tanya oleh ayahku “kamu kenapa sih, udah satu minggu gak mau sekolah, diem terus…ada masalah?”. Aku masih bingung sebenernya mau cerita dari mana, sampai akhirnya aku beranikan cerita semuanya. Suasana di rumah saat berbuka puasa menjadi tidak enak. Ayahku kesal sampai membuang makanan di depannya, piring yang sudah diisi nasi pecah dan lauk berserakan di lantai, itu semua karena kekesalan ayahku.
Akhirnya masalah ini di bawa ke jalur hukum oleh keluargaku tetapi berakhir dengan damai dan kekeluargaan, tapi biarlah toh status PNS Bu Minah dicabut dan aku dipindahkan sekolah ke Jakarta.
       Waktu aku SD hampir semua orang di kampungku menilai aku adalah anak bodoh, kata mereka nilai sekolah di kasih karena kasianlah, naik kelas juga karena gak tegalah, dan lain-lain. Sejak kejadian dengan Bu Minah itu aku bertekad akan merubah semua pikiran orang-orang yang sudah menilai aku bodoh.
(Bersambung..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran Yah..